Halaman

    Social Items

Altitude Sickness adalah gejala penyakit yang muncul ketika kita berada di ketinggian. Gejala ini muncul karena tipisnya udara di ketinggian yang ekstrem. Tanda-tandanya antara lain mual, pusing, muntah, sesak nafas, kejang-kejang, sampai kehilangan kesadaran yang berakibat kematian.

Kawasan Ladakh terletak pada ketinggian lebih dari 3000 meter, kondisi yang rawan untuk terkena altitude sickness. Kota Leh sendiri berada di ketinggian 3700 meter, sedangkan tempat-tempat lainnya yang populer dikunjungi turis berada di ketinggian yang lebih ekstrem lagi. Pangong Tso berada di ketinggian 4300 meter, Nubra Valley sekitar 3050 meter, dan Khardung La berada pada posisi 5400 meter.

Berdasarkan data pemerintah setempat, sejak 2016 ada 10 orang meninggal dunia karena altitude sickness. Jadi ancamannya memang tidak main-main. Tiap orang punya reaksi yang berbeda terhadap ketinggian ekstrem. Sebagian orang hanya mengalami keluhan ringan seperti pusing dan mual saja, tapi bagi sebagian lainnya bisa berefek sangat serius. Jadi bagi yang belum pernah berada di ketinggian lebih dari 3000 meter, harus ekstra hati-hati karena Anda belum tahu bagaimana reaksi tubuh Anda terhadap ketinggian ekstrem tersebut.


 Meski kedengaran agak mengerikan, altitude sickness sebenarnya bisa dicegah. Kiat yang paling manjur adalah masuk ke Ladakh lewat jalur darat yang ketinggiannya naik secara bertahap. Masuk lewat jalur darat yang lambat memberi tubuh cukup waktu untuk menyesuaikan diri dengan tipisnya udara di ketinggian. Kalau harus naik pesawat, setidaknya luangkan waktu dua hari untuk beristirahat setelah mendarat di Leh. Jangan buru-buru pergi Pangong Tso atau Diskit yang ketinggiannya lebih ekstrem karena akan sangat berbahaya.

Salah satu anggota grup saya terpaksa harus dirawat di klinik karena mengalami sesak nafas akibat altitude sickness. Padahal, dia sudah 5 hari berada di Ladakh. Di titik-titik ketinggian yang rawan seperti Khardung La, pemerintah setempat menyediakan klinik untuk bantuan oksigen. Kalau merasa terkena altitude sickness, harus cepat-cepat bilang pada anggota grup supaya segera mendapat pertolongan.

Oh ya, saya juga punya sedikit tip untuk mengurangi gejala altitude sickness. Kalau gangguan yang kita rasakan masih ringan, sebaiknya tak buru-buru minum diamox karena obat ini punya efek samping yang buruk. Cukup istirahat saja sambil duduk-duduk di tempat terbuka. Jangan cuma tidur di dalam kamar, ini bakal bikin badan makin lemas. Tubuh harus tetap aktif dengan berjalan kaki ringan, serta banyak-banyak menghirup udara segar di tempat terbuka. Jangan lupa pula minum air putih yang banyak. Dalam satu dua hari, niscaya gejala altitude sickness Anda akan berangsur hilang tanpa perlu minum obat.

Cheapest Lombok Tour Ever Only IDR275

Altitude Sickness adalah gejala penyakit yang muncul ketika kita berada di ketinggian. Gejala ini muncul karena tipisnya udara di ketinggian yang ekstrem. Tanda-tandanya antara lain mual, pusing, muntah, sesak nafas, kejang-kejang, sampai kehilangan kesadaran yang berakibat kematian.

Kawasan Ladakh terletak pada ketinggian lebih dari 3000 meter, kondisi yang rawan untuk terkena altitude sickness. Kota Leh sendiri berada di ketinggian 3700 meter, sedangkan tempat-tempat lainnya yang populer dikunjungi turis berada di ketinggian yang lebih ekstrem lagi. Pangong Tso berada di ketinggian 4300 meter, Nubra Valley sekitar 3050 meter, dan Khardung La berada pada posisi 5400 meter.

Berdasarkan data pemerintah setempat, sejak 2016 ada 10 orang meninggal dunia karena altitude sickness. Jadi ancamannya memang tidak main-main. Tiap orang punya reaksi yang berbeda terhadap ketinggian ekstrem. Sebagian orang hanya mengalami keluhan ringan seperti pusing dan mual saja, tapi bagi sebagian lainnya bisa berefek sangat serius. Jadi bagi yang belum pernah berada di ketinggian lebih dari 3000 meter, harus ekstra hati-hati karena Anda belum tahu bagaimana reaksi tubuh Anda terhadap ketinggian ekstrem tersebut.


 Meski kedengaran agak mengerikan, altitude sickness sebenarnya bisa dicegah. Kiat yang paling manjur adalah masuk ke Ladakh lewat jalur darat yang ketinggiannya naik secara bertahap. Masuk lewat jalur darat yang lambat memberi tubuh cukup waktu untuk menyesuaikan diri dengan tipisnya udara di ketinggian. Kalau harus naik pesawat, setidaknya luangkan waktu dua hari untuk beristirahat setelah mendarat di Leh. Jangan buru-buru pergi Pangong Tso atau Diskit yang ketinggiannya lebih ekstrem karena akan sangat berbahaya.

Salah satu anggota grup saya terpaksa harus dirawat di klinik karena mengalami sesak nafas akibat altitude sickness. Padahal, dia sudah 5 hari berada di Ladakh. Di titik-titik ketinggian yang rawan seperti Khardung La, pemerintah setempat menyediakan klinik untuk bantuan oksigen. Kalau merasa terkena altitude sickness, harus cepat-cepat bilang pada anggota grup supaya segera mendapat pertolongan.

Oh ya, saya juga punya sedikit tip untuk mengurangi gejala altitude sickness. Kalau gangguan yang kita rasakan masih ringan, sebaiknya tak buru-buru minum diamox karena obat ini punya efek samping yang buruk. Cukup istirahat saja sambil duduk-duduk di tempat terbuka. Jangan cuma tidur di dalam kamar, ini bakal bikin badan makin lemas. Tubuh harus tetap aktif dengan berjalan kaki ringan, serta banyak-banyak menghirup udara segar di tempat terbuka. Jangan lupa pula minum air putih yang banyak. Dalam satu dua hari, niscaya gejala altitude sickness Anda akan berangsur hilang tanpa perlu minum obat.